Tarot biasanya dianggap sebagai media mistik untuk mengetahui ramalan masa depan. Namun sebenarnya Tarot juga dapat dipakai sebagai alat psikologis yaitu media konseling, bahkan menjadi sarana refleksi diri untuk mengenali perasaan, pikiran, kekuatan, kelemahan dan menjadi manusia yang lebih baik.
Carl Jung adalah psikolog pertama yang menyadari simbolisme dalam Tarot. Ia melihat 22 kartu Tarot arkarna mayor menggambarkan archetype – tema-tema yang melekat pada ketidak-sadaran manusia. Teori mengenai archetype ini digunakan oleh beberapa psikolog sebagai wadah konseling. Konselor meminta klien untuk memilih beberapa ramalan kartu dan mengidentifikasi diri mereka dalam gambar-gambar yang tertera pada kartu tersebut. Apa yang mereka lihat? Apa yang sedang terjadi dalam gambar tersebut? Apa perasaan yang kira-kira dirasakan ketika melihat kartu tersebut?
Sekilas mungkin kita membayangkan TAT (alat psikologis yang juga meminta klien untuk mengidentifikasi gambar). Kemudian apakah TAT dan Tarot itu bisa dikatakan memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda?
Jung juga berbicara mengenai konsep synchronicity – tidak ada kejadian apapun yang tidak berarti, bahkan yang paling ‘tidak sengaja’ sekalipun. Dalam membaca Tarot, seseorang harus memilih kartu-kartu yang akan ia interpretasikan sesuai dengan kebutuhan dan spread (formasi membaca kartu) yang ia inginkan. Ketika seseorang memilih kartu, bagaimana pun juga alam bawah sadarnya bermain, ada synchronicity! Sehingga kartu-kartu yang terpilih merupakan kartu-kartu yang paling menggambarkan dirinya, masa lalunya, atau bahkan masa depannya. Berbeda dengan TAT dimana klien tidak memperoleh kesempatan untuk memilih.
Jadi Tarot bukanlah sekedar kartu mistis untuk mengetahui ramalan yang akan datang, tapi juga dapat dipakai untuk alat psikologis dalam melakukan konseling. Lebih jauh lagi bahkan Tarot dapat digunakan sebagai sarana efektif harian untuk mengenal diri sendiri.
Misalnya untuk menyiapkan tulisan ini sebelumnya saya mengambil sebuah kartu Tarot. Saya dapat kartu ke-14 ‘The Death’ yang menggambarkan seekor burung phoenix terbakar api. Lalu saya coba menyelami indikasinya dalam kehidupan saya. Kartu ini menggambarkan kematian dan kehidupan kembali. Transformasi. Burung phoenix yang terbakar api akan mati, dan bangkit kembali dari abunya. Saya melihat kehidupan saya sekarang kemudian saya merenungi, apa yang harus ‘mati’ dalam diri saya, apa yang harus saya transformasikan, apa yang perlu saya perbaiki, dan seterusnya. Sehingga saya bisa mengenali keadaan diri saya lebih baik lagi.
Berbicara mengenai Jung, sama seperti Tarot, memang mendengungkan spiritualisme dan mistisisme. Namun selama kita tidak mencoba melihat masa depan, saya rasa bukanlah syirik mempergunakan kartu Tarot sebagai sarana mengenali diri. Malah patut dicoba.
Sumber:imanfauzansyarief.wordpress.com
Blogger Comment
Facebook Comment