Ramalannya menjadi “TRI-TAKALI”, yaitu:
- Jaman permulaan disebut KALI-SWARA, lamanya 700 th matahari (721 th bulan). Pada waku itu di jawa banyak terdengar suara alam, gara-gara geger, halintar, petir, serta banyak kejadian-kejadian yang ajaib dikarenakan banyak manusia menjadi dewa dan dewa turun kebumi menjadi manusia.
 - Jaman pertengahan disebut KALI-YOGA, banyak perobahan pada bumi, bumi belah menyebabkan terjadinya pulau kecil-kecil, banyak makhluk yang salah jalan, karena orang yang mati banyak menjelma (nitis).
 - Jaman akhir disebut KALI-SANGARA, 700 th. Banyak hujan salah mangsa dan banyak kali dan bengawan bergeser, bumi kurang manfaatnya, menghambat datangnya kebahagian, mengurangi rasa-terima, sebab manusia yang yang mati banyak yang tetap memegang ilmunya.
 
- I. JAMAN KALI-SWARA dibagi menjadi :
 
2). Kala-buddha (th. 101-200): Permulaan orang Jawa masuk agama Buddha menurut syariat Hyang agadnata (Batara Guru).
3). Kala-brawa* (th. 201 – 300): Orang-orang di Jawa mengatur ibadahnya kepada Dewa, sebab banyak Dewa yang turun kebumi menyiarkan ilmu.
4). Kala-tirta (th. 301-400): Banjir besar, air laut menggenang daratan, di sepanjang air itu bumi menjadi belah dua. Yang sebelah barat disebut pulau Sumatra, lalu banyak muncul sumber-sumber air, disebut umbul, sedang,telaga, dsb.
5). Kala-swabara (th. 401-500): Banyak keajaiban yang tampak atau menimpa diri manusia.
6). Kala-rebawa (th. 501-600): Orang Jawa mengadakan keramaian2-kesenian dsb.
7). Kala-purwa (th. 601-700): Banyak tumbuh2an keturunan orang2 besar yang sudah menjadi orang biasa mulai jadi orang besar lagi.
- II. JAMAN KALA-YOGA dibagi menjadi :
 
2). Kala-drawa (th. 801-900): Banyak orang mendapat ilham, orang pandai menerangkan hal-hal yang gaib.
3). Kala-dwawara (th. 901-1.000): Banyak kejadian yang mustahil.
4). Kala-praniti (th. 1.001- 1.101): Banyak orang mementingkan ulah pikir.
5). Kala-teteka (th. 1.101 – 1.200): Banyak orang datang dari negeri-negeri lain.
6). Kala-wisesa (th. 1.201 – 1.300): Banyak orang yang terhukum.
7). Kala-wisaya (th. 1.301 – 1.400): Banyak orang memfitnah.
- III. JAMAN KALA-SANGARA dibagi menjadi :
 
2). Kala-sakti (th. 1.501 – 1.600): Banyak orang ulah kesaktian.
3). Kala-jaya (th. 1.601 – 1.700): Banyak orang ulah kekuatan untuk tulang punggung kehidupannya.
4). Kala-bendu (th. 1.701 – 1.800): Banyak orang senang berbantahan, akhirnya
bentrokkan.
5). Kala-suba (th. 1.801 – 1.900) : Pulau Jawa mulai sejahtera, tanpa kesulitan, orang bersenang hati
6). Kala-sumbaga (th. 1.901 – 2.000) : Banyak orang tersohor pandai dan hebat.
7). Kala-surasa (th. 2.001 – 2.100): Pulau Jawa ramai sejahtera, serba teratur, tak ada kesulitan, banyak orang ulah asmara.
Ramalan Jayabaya bagi Indonesia setelah  tahun 2001 Indonesia akan menjadi sebuah negeri yang aman, makmur, adil  dan sejahtera sebagai akhir dari Ramalan Jayabaya (Kala-surasa,  2001-2100 M), zaman yang tidak menentu (Kalabendu) berganti dengan zaman  yang penuh kemuliaan, sehingga seluruh dunia menaruh hormat. Akan  muncul seorang Satriya Piningit sebagai Pemimpin baru  Indonesia dengan ciri-ciri sudah tidak punya ayah-ibu, namun telah lulus  Weda Jawa, bersenjatakan Trisula yang ketiga ujungnya  sangat tajam, sbb:
“Mula den upadinem sinatriya iku wus  tan abapa, abibi, lola, wus pupus weda Jawa mung angendelake trisula,  landepe trisula sing pucuk gegawe pati utawa untang nyawa, sing tengah  sirik gawe kapitunaning liyan, sing pinggir-pinggir tolak colong njupuk  winanda.”
Ramalan selanjutnya adalah:
“Inilah jalan bagi yang selalu ingat dan  waspada! Agar pada zaman tidak menentu bisa selamat dari bahaya atau  “jaya-baya”, maka jangan sampai keliru dalam memilih pemimpin. Carilah  sosok Pemimpin yang bersenjatakan Trisula Weda pemberian dewa. Bila  menyerang tanpa pasukan, kalau menang tidak menghina yang lain. Rakyat  bersukaria karena keadilan Tuhan telah tiba. Rajanya menyembah rakyat  yang bersenjata Trisula Weda; para pendetapun menghargainya. Itulah  asuhannya Sabdopalon – yang selama ini menanggung rasa malu tetapi  akhirnya termasyhur- karena segalanya tampak terang benderang. Tidak ada  lagi yang mengeluh kekurangan; itulah pertanda bahwa zaman tidak  menentu telah usai berganti zaman penuh kemuliaan, sehingga seluruh  dunia pun menaruh hormat.”
Di zaman modern abad ke-21 saat ini  dengan berbagai persenjataan modern dan alat tempur yang canggih, mulai  dari senjata nuklir, roket, peluru kendali, dan lain-lainnya, maka  senjata Trisula Weda mungkin bukanlah senjata dalam  arti harafiah, tetapi adalah senjata dalam arti kiasan, tiga kekuatan  yang mebuat seorang Pemimpin disegani segenap Rakyatnya. Bisa saja itu  adalah tiga sifat-sifat sang Pemimpin, seperti: Benar,  Lurus, Jujur (bener, jejeg, jujur) seperti yang diungkapkan  dalam tembang-tembang Ramalan Jayabaya.
Demikian pula tentang sosok sang  Pemimpin yang digambarkan sebagai Satriya Piningit,  bukanlah seseorang yang tiba-tiba muncul, tetapi Ia adalah seorang  Pemimpin Indonesia yang sifatnya tidak mau menonjolkan diri,  tetapi Ia bekerja tanpa pamrih, menyumbangkan tenaga dan pikirannya  bagi kemajuan bangsa dan negara. Sudah ada langkah-langkahnya yang nyata  yang dapat ditelusuri dalam kehidupannya sehari-hari. Bisa saja Ia akan  terpilih dalam Pilpres 2009 ini, atau mungkin juga dalam periode  Kepemimpinan Indonesia pada periode berikutnya untuk mengantarkan  Indonesia kepada Cita-cita para Pendiri Bangsa sebagaimana tercantum  dalam Mukadimah UUD 1945, yaitu negeri yang aman, makmur, adil dan  sejahtera bagi segenap Rakyat Indonesia.
sumber: rifqiemaulana.wordpress.com

Blogger Comment
Facebook Comment